Jumat, 11 Maret 2011

Duo Mahasiswa Peneliti ITS Menangkan NALCO

11 Maret 2011 17:49:01
Berawal dari pertemuan yang diadakan oleh rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya saat penerimaan beasiswa PMDK berprestasi, dua orang mahasiswa ini berhasil mengharumkan nama ITS kembali. Siti Muslihah dan Sulfahri menjuarai National Life Science Competition (NALCO) di Institut Teknologi Bandung (ITB),  bulan Februari lalu.
Kampus ITS, ITS Online - Keduanya berasal dari dua jurusan yang berbeda, namun sama-sama angkatan 2007. Siti Muslihah yang akrab dipanggil Ika masih tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Teknik Lingkungan. Sedangkan Sulfahri, berasal dari Jurusan Biologi. Diakuinya, mereka memang memiliki visi dan misi yang sejalan, yaitu meneliti.

Awal perjuangan mereka dimulai ketika mengumpulkan paper hasil penelitian mereka untuk dikirimkan ke NALCO yang diselenggarakan oleh ITB. Gayung bersambut, paper yang tentang mengupas alga Spyrogira sebagai bioetanol tersebut terseleksi ke dalam tujuh besar. "Karya itu menjadi kompetitor enam karya lain dari ITS, Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Airlangga (Unair)," ujar Ika.

Dalam proses penjurian, mereka diminta untuk mempresentasikan karya mereka selama 25 menit. Para juri yang menilai terdiri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), (Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi) BPPT, dekan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, serta dosen Mikrobiologi ITB. Ika mengaku bisa menjawab semua pertanyaan juri.

Tepat setelah presentasi, pada sore harinya, para pemenang NALCO diumumkan di aula ITB. “Hanya dua tim dari ITS yang lolos ke NALCO. Kami menjadi juara satu. Sedangkan juara dua dan tiga dari Universitas Indonesia (UI),” ujarnya. Alhasil, mereka pun pulang ke Surabaya dengan membawa uang senilai 7 juta rupiah, sertifikat, serta plakat.

Hasil penelitian yang mereka angkat berawal sejak mereka duduk di semester dua. Yakni saat usulan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) milik Ika lolos didanai oleh Dikti. Namun karena dana tersebut berlebih, Ika pun memutar otak agar dana sisa PKM tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Akhirnya ia memilih untuk mengembangkan penelitiannya tersebut.

Awalnya mereka mengupas pemanfaatan singkong sebagai bahan bioetanol. Namun ternyata penggunaan singkong dapat merusak ketahanan pangan serta memerlukan banyak bahan baku lainnya. Akhirnya dipilihlah Spirogyra. Selain karena alga jenis ini tahan terhadap perubahan cuaca, Spirogyra juga memiliki kandungan karbohidrat sebesar 68%. "Jumlah yang lebih besar dibandingkan singkong yang hanya 34%," imbuhnya.

“Semakin banyak karbohidrat, jumlah bioetanol yang dihasilkan juga semakin meningkat,” terang penghobi novel, menonton film, dan memancing ini. Selain itu Spyrogira juga mudah ditemui.

Berprestasi Sejak Sekolah

Berbicara tentang sosok Ika dan Sulfahri, keduanya adalah profil mahasiswa prestatif. Mereka adalah dua orang dari total sepuluh mahasiswa ITS yang masuk lewat jalur PMDK Prestasi tahun 2007 lalu. Mahasiswa yang masuk lewat jalur tersebut hanyalah para pemilik sertifikat nasional atau internasional.

Sejak SMA, Ika sudah berpikir agar tidak merepotkan orang tua dalam hal biaya kuliah. Hal ini dikarenakan alumnus SMAN 1 Tuban ini adalah anak sulung dari seorang petani bernama Muhammad Muslih dan Suwartin. Kehidupan sekolah bak sekolah dalam film Laskar Pelangi pun pernah dijalaninya.

Ika sendiri memiliki beberapa sertifikat nasional. Dua PKM Penelitian (PKM-P) miliknya pernah dimuat di jurnal purifikasi Teknik Lingkungan dan jurnal Hayati Unair. Selain itu dia juga meraih juara harapan Business Challenge oleh LA dan Bisnis Indonesia dengan mengusung konsep Es Krim Jamur Saat SMP dia juga meraih juara 3 olimpiade Biologi.

Dari sisi organisasi, mahasiswi berprestasi ini adalah perintis dan koordinator Enviro Research Club (ERC). Dia juga pernah bergabung di Departemen Riset dan Teknologi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS.

Sedangkan Sulfahri, inventor muda yang juga partner penelitian Ika adalah mahasiswa dari Sulawesi. Ia pernah menyabet juara ketiga International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2007 di New Delhi, India tahun 2007 lalu.

Di akhir wawancara, Ika sedikit memberikan wejangan untuk adik-adik kelasnya. “Jika PKM didanai, dan ternyata terdapat dana yang berlebih, gunakan dana itu untuk mengembangkan ide kalian atau buat penelitian baru,” ujarnya.

Namun Ika juga menambahkan, jika sudah didanai tetapi tidak dapat menembus PIMNAS, mungkin rezeki bukan di sana. “Satu lagi, jangan tunggu karya Anda masuk jurnal sebelum Tugas Akhir,” pesan Ika mantap. (ers/hoe)



dikutip dari http://its.ac.id/

0 komentar:

Posting Komentar